Beautiful Mollucas

Beautiful Mollucas
Pintu Kota Beach

Mei 26, 2008

The Ringing Cedars Series

Anastasia was born in the forest in 1969 to parents who died tragically when she was just a
baby. Living for the most part without clothes, food cultivation or man-made shelter, she has
survived on fruit, nuts, berries and mushrooms, brought to her by ?wild? animals with which
she lives in peaceful harmony.

Vladimir Megré initially spent three days with Anastasia during which she revealed to him such
astounding knowledge, power and wisdom that he abandoned his business, and at her request,
began writing this series. She told him she would encode the books with an energy that would
cause them to sell in the millions. Despite his lack of writing experience, this is exactly
what has happened. To date, over 10 million copies have sold in more than 20 languages - with
virtually no marketing other than word-of-mouth.

Anastasia offers fresh insights into dozens of topics - from natural child rearing and the
creation of healing gardens to sacred sexuality and social change; from ancient wisdom and
megalithic science to spirituality and the meaning of human life. However, it is Anastasia's ability to strike a chord in the heart of the reader that makes these books so very unusual. The purity and power of her words is provoking an outpouring of joy and hope in people from all walks of life.

Over 40,000 letters of gratitude were received by the author in just the first 3 years of
publication. Thousands of readers have been inspired to begin planting trees, growing gardens, creating beautiful works of art and rearranging their lifestyles to reflect a more spiritually
connected existence. Many are joining together to plan the creation of new community
neighborhoods where individuals own their own land - and take pride in creating a beautiful
natural paradise - a family estate - to be enjoyed by successive generations.

The Ringing Cedars Series has now been translated into over 20 languages. It has already sold over 10 million copies, with no advertising except word of mouth! - Yes! That's TEN MILLION!!

After reading Anastasia thousands of people have quit their jobs!

The Ringing Cedars Series contains some of the most important revelations to appear in thousands of years of human history - so significant, they are changing the course of our
destiny and rocking scientific and religious circles to the core.

"Your world - our world - is about to change. You need to be prepared"

These powerful, myth-shattering messages reveal profound wisdom grounded in ancient knowledge, expose suppressed secrets and hidden historical facts and offer a whole new paradigm for our planet's future.

Anastasia is a beautiful young woman, who was discovered by the author in 1995, living alone,
deep in the wild forests of Siberia. She is considered to be a surviving remnant of an ancient Vedic civilisation whose extraordinary powers and knowledge far exceed anything known today.

Anastasia will lift you up and hurl you into a future that is? well? everything you imagined
life could and should be! The twist is? it's here now!

Mei 05, 2008

Ini Pagi, Kata Kartini

Catatan Pinggir Goenawan Muhammad
Ini Pagi, Kata Kartini
It is morning, Senlin says, and in the morningShould I not pause in the light to remember God?
–Conrad Aiken.

Ini pagi, kata Kartini, dan bila pagi seperti ini, ia akan berangkat kerja,naik ojek dengan motor yang guncang, terpekur di sadel plastik yang gelap,mungkin mengingat ujung mimpi, mungkin mimpi.Ini pagi, kata Kartini, dan bila pagi seperti ini, ia akan turun di pengkol gang yang patah, sebuah lorong dengan nama seorang haji, dan akan menyusuri aspal kusam, dan akan membayangkan dirinya menyanyi, mungkin sebuah lagu Dewi Persik, mungkin sejumlah goyang, sejumlah angan-angan, mungkin fantasi.

Ini pagi, kata Kartini, dan bila pagi seperti ini, di tempat kerja itu, disebuah panti pijat, si asisten pemilik usaha akan berkata kepadanya: "Jangan lupa gembok." Dan ia akan mengambil di lokernya celana-dalam seragam yang hijau itu, dengan retsliting mengkilap, dengan gembok kecil yang merah."Jangan lupa gembok". Aku tak akan lupa, tak akan lupa. Gembok itumelindungi perempuan pemijat dari dosa, kata pegawai jawatan agama kabupaten; gembok adalah teknologi kealiman, peranti iman, pelindung harmoni keluarga, perisai kesehatan jasmani & rohani. "Tentu, tentu, tentu. Amin,amin, amin," kata Kartini, kata Kardinah, kata perempuan-perempuan pemijat, kata asisten pemilik usaha, dan tak seorang pun yang tak patuh.Ini pagi, kata Kartini, dan tiap pagi di tempat ini selalu dimulai dengan ingatan tentang dosa, kekotoran manusia, atau najis, Tuhan yang mengirimkan sifilis, insan yang menyembunyikan kemungkinan-kemungkinan jorok, syahwat yang hanya sedetik dirasakannya, dan fatwa yang menyuntikkan ke jantungnya segumpal rasa bersalah seperti dokter menyuntikkan serum kuda.

Siapa yang bersalah? Ini pagi, kata Kartini, jam-jam pertama ia mencari upah, tak mencari laki-laki. Ini pagi, kata Kartini, benarkah ia selamanya paham apa yang dikehendaki laki-laki? Suaminya yang cemburu tapi lapar dan malas mengantar si Ujang ke sekolah; pak cik yang tiap Jumat datang menagih utang karena ia sendiri hidup dari utang; satpam yang selalu sangat ramah kepada istri pemilik warteg di pinggir jalan, dan tukang ojek yang selalu berkata lewat kaca spion sepeda motornya, seperti mau mengejek, "Aku taksuka bau badan." Siapa yang bersalah? Laki-laki yang tak mau memakai gembok di celana-dalam, kata Kardinah: bupati yang selalu berpikir tentang seks; anggota dewan yang percaya ada gerakan pengedar syahwat di selatan khatulistiwa; komandan koramil yang punya senyum mesum; nyonya kepala jawatan agama yang kalang-kabut mengintip film "begituan" dan merasa betapa gemuruhnya godaan dan asyiknya kenikmatan, astaghfirullah, astaghfirullah."Jangan lupa gembok". Laki-laki adalah otak, kata ketua Majelis Ulama setempat, perempuan adalah badan. Laki-laki matahari, perempuan bumi, katanya lagi. Yang di dekat langit dekat pula dengan sumber terang dan wahyu, yang dekat bumi mudah tersenggol lendir dan gonorea. Surya melahirkan tenaga, bumi melahirkan bahan. Memang dari sini datang bau harum, tapi juga racun. Jangan lupa gembok. Jangan lupa penutup rambut di kepala. Jangan lupa penutup lengan dan tungkai kaki. Wahai, jangan lupa dari mana datangnya dosa: dari mata turun ke vagina. Jangan lupa gembok, jangan lupa kunci. O,ya. Jangan lupa celana-dalam.

Ini pagi, kata Kartini. Pagi adalah menunggu tamu. Pagi adalah dag-dig-dug. Pagi adalah suara tokek di dinding yang ditebak seperti ramalan feng-sui:rezeki - rugi - rezeki - rugi - rezeki - tidak.… Dan Kardinah, dan Rukmini,dan Badriyah, dan Sri Urip, dan Zakiyah, dan seluruh tim pemijat itu, mereka tahu bahwa di antara mereka cemas adalah sesuatu yang sah dan terduga: para tamu tak akan gampang dan tenang datang ke sini, sebab para tamu adalahorang yang terhormat, dan orang yang terhormat tak mau dituduh mendekati sesuatu yang harus diproteksi dengan sepotong logam berwarna merah.Ini pagi, kata Kartini. Ini pagi, Stella—ataupun siapa nun di luar sana. Diruang ini hari dimulai dengan kewaspadaan. Atau kecurigaan. Atau penghinaan.Dan kaum yang lapar, kaum yang terhina, berderet termangu, duduk, bersalah sebelum diupah.Ini pagi, kata Kartini, aku turun dari gelap dan dengan angin yang menghuni, aku berangkat, entah ke mana.Sepucuk kunci di kantungku, arlojiku kuputar siap. Langit menyuram, aku turun tangga. Ada bayang-bayang di jendela, melintas, juga sepotong awan di atas, dan sesosok tuhan di antara bintang—aku akanpergi...
http://www.irshadma nji.com/im- beyond-mecca

Akhir bulan lalu saya dapet 'angin surga' pencerahan dari seorang novelist Perempuan keturunan Uganda lama di Kanada dan kini menetap di negeri Paman Sam, Amerika. Siapa dia? IRSHAD MANJI, (perempuan, lho!) Selama kurang lebih 4 hari di Yogyakarta, Irsyad berkesempatan untuk bersentuhan dengan kita, warga Yogya terutama para muslim. termasuk di antaranya, Irsyad juga ikut mampir ke kampus saya, di CRCS UGM. Kenapa dia inspiring???

First, saya akan merekomen teman2 untuk melupakan terlebih dahulu fakta bahwa dia adalah seorang homo-lesbi moslem. dan lebih menekankan untuk mendengar apa yang ia katakan. salah satu peserta diskusi yang berasal dari organ Islam bilang "suara anda itu bukan hal asing, karena saya sudah sering mendengarnya" . Yup, Irshad memang sangat progresif dan sekaligus provokatif untuk menyuarakan kepada seluruh umat Islam, agar kita selalu menekankan sikap IJTIHADI di setiap lini kehidupan kita, umat Islam.Ijtihad bagi Irshad adalah 'great weapon' bagi umat Islam untuk mengatasi kejumudan pemikiran yang selama ini selalu direproduksi kembali oleh umat Islam. Lebih khusus lagi kejumudan dalam meligitimasi setiap hukum dan aturan yang didapatkan dari para pemikir2 moslem sejak abad 8. So, it is a change that we need!!! begitu dia mengandaikan.

Kedua, yang membuat aku semakin kagum padanya adalah, bahwa Irshad memiliki hrapan dan optimisme yang besar terhadap umat Islam Indonesia yang sangat majemuk ini. baginya, "the most compelling idea is come from the peripheral, is not come from the center". pandangan ini muncul disebabkan dua alasan penting, pertama, secara kuantitas saja, umat Islam di Indonesia telah mengimbangi jumlah umat muslim di Timur Tengah. kedua, umat Islam di Indonesia memiliki peran yang signifikan dalam menghadirkan keislaman yang bukan 'middle-eastern mindedness', karena Islam di indonesia sangat ramah dan menghargai kemajemukan itu sendiri. Ketiga, konsep IJTIHADI Manji menekankan indepensi setiap muslim untuk dapat berfikir dan mengentaskan dirinya dari kejumudan pemikiran dan pemaknaan AL-Qur'an, dan menganjurkan kita untuk meningkatkan kemampuan refleksif kritis terhadap realitas sosial yang mendera kita. hm, ide ini kalau diperbincangkan mungkin saja memicu perdebatan klise. Tapi bagiku, Manji sudah selangkah lebih maju dari pada pemikiran kita yang bersikukuh dengan islam yang telah established, mapan ini. Karena sebenarnya, tantangan kita adalah membaca kandungan Al-Qur'an -beserta perangkat ilmu alatnya- yang lebih sensitif dengan persoalan kita saat ini.

Pendek kata, Manji membantu kita, umat Islam Indonesia, dengan memberi kita busur dan anak panahnya. Pertanyaan kita selanjutnya, mengapa tidak kita pergunakan busur dan panah itu untuk memecah Islam kita yang semakin membola kristal dalam kebekuan???

Wallahu'alam bishawab

Silahkan check kunjungan Manji ke Pesantren Gedung Putih di Krapyak, dan baca komentar dia....

Thank You!!!Ibda' bi nafsik!!!